Minggu, 26 Juni 2016

Tari Bedhaya Ketawang - Tarian Sakral Tertua Di Tanah Jawa Yang sudah Melegenda

Tari Bedhaya Ketawang - Dalam atikel sebelumnya admin telah memaparkan tentang Tari Jaipong. dan pada kesempatan kali ini admin akan membagikan artikel  yang berjudul Tari Bedhaya Ketawang. Ada yang pernah mendengar Tari Bedhaya? atau pernah melihat pertunjukan tari ini sebelumnya? Disini admin punya ilmu sedikit nih tentang Tari Bedhaya, scroll teruss sampai bawah yaa

Gerakan Tari

Gerakan Tari Bedhaya Ketawang memiliki gerakan yang begitu halus serta bernilai tinggi,sehingga menimbulkan suasana yang tenang dan juga khidmat. Penggambaran Tari Bedhaya Ketawang ini digambarkan seorang putri keraton yang memiliki sikap dab sifat layaknya wanita dari Jawa yang terkesan Lemah lembut, dan juga sopan. Tari ini merupkan tarian sakral paling tua yang diciptakan oleh Sultan Agung.Tari Bedhaya Ketawang ini diadakan setiap setahun sekali yang mana diadakan pada upacara penobatan raja (tingalan jumennengan dalem) biasanya tarian ini ditarikan tanggal 2 bulan ruwah, yang mana pada waktu itu Susuhunan Paku Buana XII naik tahta. Acara penobatan Raja ini tertutup dan bersifat pribadi, karena bersifat pribadi dan tertutup setelah kegiatan upacara resmi usai, para tamu undangan meninggalkan ruangan dan yang tersisa hanya keluarga, abdi dalem serta kerabat keraton. Tempat pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang di Pendopo Sasanasewaka dan untuk yang putri duduk di Prabasuyasa.
Tari Bedhaya Ketawang

Pengertian

Tari Bedhaya Katawang adalah tari sakral tertua yang ditarikan oleh 9 orang penari. Mayoritas penari ini remaja dan dalam keadaan bersih suci (yang dimaksudkan disini tidak lagi haid). Sebelum acara ini berlangsung para penari diwajibkan puasa terlebih dahulu. Kemudian untuk menghindari jika suatu saat 9 orang ini pada saat hari H ada yang berhalangan atau haid maka jumlah personil ditambah sebagaimana sebagai cadangan. Untuk latihan Tari ini diadakan pada hari tertentu yaitu pada selasa kliwon.

Komposisi penari Tari Bedhaya Ketawang terdiri dari:
  • Apit Ngarep
  • Apit Mburi 
  • Apit meneng 
  • Endhel weton 
  • Dadha
  • Buncit 
  • Jangga(gulu)
  • Batak
  • Endhel ajek 
Makna simbol dari Tari Bedhaya Ketawang dari dualisme dapat hayati dan dilihat pada bentuk Endhel dan pembatak berhubungan dengan Rwa-Binedha (Proyek Sarana Budaya Bali) peranan endhel ajek dan pembatak menjadi pemeran utama,kemudian 7 penari lainnya berperan sebagai Tari kelompok. Formasi bathak+endhel ajeg berdiri sedangkan penari lainnya duduk, arti dari tarian ini yaitu permusuhan, atau dalam bahasa jawanya loro-loroning atunggal) inilah awal dari cinta. Kemudian makna simbol masing-masing posisi antara lain:
  • Apit Ngarep melambangkan lengan bagian kanan
  • Apit Mburi melambangkan lengan bagian kiri
  • Apit meneng melambangkan kakikiri
  • Endhel weton melambangkan kaki kanan
  • Dadha melambangkan bagian dada
  • Buncit melambangkan organ kelamin
  • Jangga(gulu) melambangkan bagian leher
  • Batak melambangkan jiwa dan fikiran
  • Endhel ajek melambangkan perwujudan keinginan hati atau nafsu
Kemudian untuk urutan masuk yang sesuia dengan formasi meliputi:
endhel ajeg→batak→endhel weton→apit
ngarep→apit mburi→gulu→apit
meneng→dhadha→buncit

Durasi Waktu

Durasi waktu tari ini dipertunjukkan selama 2,5jam tetapi sejak pemerintah Paku Buwono X tarian ini dikurangi 1jam sehingga menjadi 1,5jam.Dahulu yang boleh menarikan tarian ini hanyalah anak cucuk kerajaan dan sentana dalem.Namun setelah berkembang nya tarian ini siapapun yang mampu dan minat boleh mempelajarinya.Tari Bedhaya ketawang memiliki unsur,makna,dan sifat yang berkesinambungan dengan adat upacara,religus,sakral,dan tarian percintaan/pernikahan.

Kostum

Kostum yang digunakan menggunakan Dodot Ageng bermotifkan banguntulak.Bangun tulak terdiri kata bango dan tulak. Bango artinya hewan bango yang mampu bertahan hidup lama,kemudian tulak artinya menjauhkan dari tulak balak atau marabahaya.

Kirab atau Gladi resik

Latihan ini untuk yang terkhir sebelum dipentaskan biasanya dengan pengawasan kerajaan.Untuk tata riasnya tipis dan terksean sederhana,dan dikerik rambut bagian depannya,membawa sampur putih,dan sanggul ajeng diberi paes.

Paes dibagi menjadi

  1. Gajahan, dibentuk seperti setengah telur,diletakkan ditengah dahi kurang lebih 3cm diatas alis dengan lebar pada dahi kurang lebih 4cm jika ditarik secara vertikal sejajar dengan ujung hidung,yang merupakan kendaraan kerajaan,dan mengartikan sesuatu yang paling tinggi,paling baik agar jadi manusia yang sempurna.
  2. Pengapit, bentuknya seperti ngudup kanthil.Ngudup kanthil yaitu seperti kuncup bunga kanthil.Terletak di dahi dan diapit kanan kiri gajahan. Jika kedua pengapit ditatik lurus sejajar maka akan bertemu di satu titik pangkal alis.
  3. Penitis seperti setengah bentuk bulatan telur pada bagian ujung.Bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan gajahan
  4. Godheg bentuknya seperti kuncup bunga turi yang ukurannya mirip dengan pengapit,terdapat pada telinga kanan kiri.Hal ini mengartikan bahwa manusia harus tau asal usulnya dari mana ia datang dan harus pergi kemana?.
  5. Alis penari berbentuk seperti tandhuk kijang yang bercabang.hal itu mengartikan bahwa dapat mengatasi segala serangan buruk dan harus bersikap waspada.
Bedhaya Ketawang disimbolkan dengan kesuburan, hal ini bisa dilihat pada kostumnya yang menggunakan Dodot Ageng dengan motif bangun tulak, yang berwarna hijau,dan lebih terlihat anggun. Warna hijau pada tari ini dipilih karena hijau merupakan warna favorit dari Kanjeg Ratu Kidul. Tarian ini menceritakan tentang sebuah percintaan antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Tari Bedhaya Ketawang yang ditarikan oleh 9 penari ini mengandung simbol khusus yang saling berkesinambungan. Jumlah sembilan ini mengambil bilangan terbesar dalam angka Jawa. Jumlah penari ini juga merupakan simbol MIKROSMOS (jagad raya) yang ditandai dengan adanya 9 arah mata angin yang terdiri dari: tengah sebagai poros, utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, baratdaya, barat, baratlaut, dan utara.

Kitab Wedhapariksama menjelaskan bahwa sembilan arah mata angin tersebut dinamakan Nawa-Dhara yang artinya sembilan arah mata angin tersebut disimbolkan dengan bentuk cakra dengan pusat lingkaran ditengah. Dari Nara-Dhara/sembilan sikap munculah sembilan jenis Nawa-Natha (sembilan penari) Kemudian simbol alam semesta/jagatraya dengan segala isinya mencangkup bulan, bintang, matahari, angkasa, bumi, air, angin, api dan mahluk hidup. Makromoskop ditandai dengan adanya sembilan lubang pada manusia yang mana bagian-bagian itu terdiri dari:
  • 2 lubang mata
  • 2 lubang telinga
  • 2 lubang hidung
  • 1 mulut
  • 1 anus
  • Dan 1 organ kelamin

Nah sekian info dari admin saya rasa itu dulu ya? Semoga bermanfaat, pembaca dapat membaca artikel menarik sebelumnya yang berjudul Tari Jaipong

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Tari Bedhaya Ketawang - Tarian Sakral Tertua Di Tanah Jawa Yang sudah Melegenda

0 komentar:

Posting Komentar